Sebuah peristiwa yang sesungguhnya tidak boleh terjadi khususnya di kalangan pendidik. Sejumlah orangtua murid SD Inpres 3/77 Walanane, Kecamatan
Taneteriattang, Bone, Sulawesi Selatan, Jumat (9/11/2012) pagi, mengamuk
dan nekat menyerbu sekolah itu, setelah mendengar anak mereka
mendapatkan kekerasan dari oknum guru.
Kisahnya berawal saat Anggi Ramadhani, Isma dan Nurfaisah -ketiganya murid kelas V- meminta izin pulang lebih awal karena akan menghadiri acara pernikahan keluarga kepada Murni, salah seorang guru.
Namun, bukan izin yang didapat ketiga murid berusia 10 tahun ini, mereka malam mendapatkan cacian, cubitan hingga ditampar.
"Saya dicubit dan rambutku ditarik-tarik," ujar Anggi sambil memperlihatkan luka bekas cubitan di perutnya dan mengusap wajahnya yang lebam.
Anak-anak ini kemudian mengadukan perlakuan sang guru kepada orangtua mereka. Tak terima perlakuan kasar oknum guru itu, para orangtua mendatangi sekolah dan adu mulut dengan sang oknum guru tak terhindarkan.
"Saya tak pernah pernah pukul anak sendiri, kenapa Ibu tampar dia? Bukan begini cara mendidik anak-anak," kata Nurcaya, salah satu orangtua murid.
Dicecar pertanyaan sedemikian rupa, si oknum guru mengaku telah mencubit ketiga anak itu namun membantah telah menampar.
"Saya memang cubit dia tapi tidak saya tampar. Saya sudah larang keluar tapi mereka tetap keluar," kilah Murni.
Aksi adu mulut yang disaksikan puluhan siswa sekolah itu berakhir ketika seorang polisi datang melerai. Pihak sekolah kemudian berjanji akan memberi teguran kepada oknum guru itu.
"Saya akan lakukan pembinaan supaya tidak lagi berlaku keras kepada siswa," kata Kepala SD Inpres 3/77, H Manja.
Sementara itu, sejumlah orangtua yang menyaksikan keributan ini mengaku mereka juga sudah lama memendam rasa kesal kepada Murni lantaran kerap berlaku keras kepada muridnya.
"Memang ibu Murni itu dari dulu begitu. Anak saya pernah dibenturkan ke tembok, tapi saya tidak lapor," kata Aminah, salah satu orangtua siswa yang sempat ditemui.
Kisahnya berawal saat Anggi Ramadhani, Isma dan Nurfaisah -ketiganya murid kelas V- meminta izin pulang lebih awal karena akan menghadiri acara pernikahan keluarga kepada Murni, salah seorang guru.
Namun, bukan izin yang didapat ketiga murid berusia 10 tahun ini, mereka malam mendapatkan cacian, cubitan hingga ditampar.
"Saya dicubit dan rambutku ditarik-tarik," ujar Anggi sambil memperlihatkan luka bekas cubitan di perutnya dan mengusap wajahnya yang lebam.
Anak-anak ini kemudian mengadukan perlakuan sang guru kepada orangtua mereka. Tak terima perlakuan kasar oknum guru itu, para orangtua mendatangi sekolah dan adu mulut dengan sang oknum guru tak terhindarkan.
"Saya tak pernah pernah pukul anak sendiri, kenapa Ibu tampar dia? Bukan begini cara mendidik anak-anak," kata Nurcaya, salah satu orangtua murid.
Dicecar pertanyaan sedemikian rupa, si oknum guru mengaku telah mencubit ketiga anak itu namun membantah telah menampar.
"Saya memang cubit dia tapi tidak saya tampar. Saya sudah larang keluar tapi mereka tetap keluar," kilah Murni.
Aksi adu mulut yang disaksikan puluhan siswa sekolah itu berakhir ketika seorang polisi datang melerai. Pihak sekolah kemudian berjanji akan memberi teguran kepada oknum guru itu.
"Saya akan lakukan pembinaan supaya tidak lagi berlaku keras kepada siswa," kata Kepala SD Inpres 3/77, H Manja.
Sementara itu, sejumlah orangtua yang menyaksikan keributan ini mengaku mereka juga sudah lama memendam rasa kesal kepada Murni lantaran kerap berlaku keras kepada muridnya.
"Memang ibu Murni itu dari dulu begitu. Anak saya pernah dibenturkan ke tembok, tapi saya tidak lapor," kata Aminah, salah satu orangtua siswa yang sempat ditemui.