Mitos Rumah "Siabbokoreng" Pemicu Keretakan Pemkab Bone
Watampone, jelajah pos -- Mitos posisi rumah jabatan Bupati Andi M Idris Galigo dan Wakil Bupati Andi Said pabokori menjadi buah
bibir sejarawan di Kabupaten Bone. Mereka menilai dipercaya retak akibat rumah jabatan keduanya saling membelakangi Sehingga
selama satu priode, keduanya tidak pernah rukun.
"Rumah orang Bone itu sangat pantang saling membelakangi atau siabbokoreng karena dianggap 'Pamali'," jelas salah seorang
Budayawan dan Sejarawan Bone Asmad Riady Lamallongeng, Selasa (12/2)
Ia menjelaskan, rumah yang terbangun saling membelakangi di Kerajaan Bone memang berarti buruk. Dalam buku kisah Kabupaten
yang diikenal dengan Lontara menjelaskan bahwa sejak dahulu istilah siabbokoreng itu telah dianggap tidak baik karena dikisahkan
bahwa jaman dahulu cendikiawan Bone bernama Lamellong yang menjawab pertanyaan raja kala itu, bahwa salah satu ciri masyarakat
tidak mencintai rajanya dengan membangun rumah membelakangi rumah raja.
"Tapi tidak bisa juga terlalu dikaitkan ke situ. Karena dalam Lontara itu membahas tentang kemarahan masyarakat pada pemimpinnya.
Hanya saja saling membelakangi itu memang arti katanya tidak baik," Jelas pembuat buku terjemahan Bugis-Indonesia ini.
Salah seorang warga bernama Sainal Abidin juga percaya jika rumah jabatan seorang Bupati dan Wakilnya saling membelakangi tidak
akan bertahan selama lima tahun dalam menjalankan roda pemerintahan di Bone. Namun menurutnya, penyebab keretakan antara
Bupati dan Wakil Bupati Bone selama ini disebabkan faktor kekuasaan.
“Kalau saya malah melihat keretakan kedua pimpinan ini hanyalah faktor kekuasaan, sehingga belum lima tahun roda pemerintahan
berjalan, mereka sudah tidak akur lagi", jelasnya
Wakil Bupati Bone Said Poabbokori sendiri menganggap penilaian masyarakat tersebut hanyalah mitos, menurutnya hubungannya hingga
saat ini berlangsung baik, hanya saja ia dan Idris Galigo memiliki kesibukan yang berbeda sehingga jarang menunjukkan ke publik
keakrabannya.
"Yang menentukan hubungan itu langgeng atau tidaknya adalah sikap dan silaturahmi", paparnya.
Sumber tribun timur