JELAJAHPOS-- Remaja laki-laki berusia sekitar 16 tahun langsung bersemangat begitu melihat ada sebuah mobil berhenti, Jumat (28/3) malam. "Mencari cabe-cabean Om," tanyanya kepada seorang pengendara.
Waktu sudah menunjukkan hampir lewat tengah malam alias dinihari di kawasan Kembangan, Jakarta Barat, tidak jauh dari Kantor Walikota Jakarta Barat. Remaja itu tak sendiri, dia berlima dengan rekannya, masing-masing membawa sepeda motor.
Dari lima remaja itu, empat diantaranya mengaku masih duduk di kelas X. Seorang lagi masih sudah putus sekolah sejak SMP. Mereka punya bisnis cabe-cabean tapi baru dalam tahap merintis.
Pemimpin kelompok ini seorang remaja bergaya masa kini. Memakai topi terbalik dan celana menyempit di ujungnya. Bicaranya santai dan cepat akrab. Dia meminta dipangil Chito (bukan panggilan sebenarnya).
Diantara rekan-rekannya, baru dia yang punya stok cabe-cabean.
"Saya punya dua cabe yang siap diantar apabila ada yang memesan jasanya," katanya terus terang.
Satu cabe masih gadis, usianya baru 16 tahun dan masih duduk di kelas X SMA. wajahnya cantik, kulitnya putih dan rambutnya panjanga. Namanya Sasya (bukan nama sebenarnya). "Itu dijamin masih gadis. Harganya Rp 20 Juta," ujar remaja ini kepada Warta Kota.
Ada juga yang tarifnya selangit, sampai Rp 30 juta.
kemudian satu cabe lagi, lebih murah karena bukan gadis lagi, sama seperti Sasya, namanya Dhini (bukan nama sebenarnya). Sekali melayani tamu tarifnya hanya Rp 500 ribu. "Satu kali saja , Mas dan tinggal mencari hote saja," kata remaja ini.
Tapi, Dini tak bisa melayani tamu di atas pukul 22.00 lantaran harus pulang ke rumah pada jam itu. Kecuali di akhir pekan. Sedangkan Sasya hanya bisa sampai pukul 17.00, dimana orang tuanya mengharuskan dirinya Sasha sudah pulang. tribun