ilustrasi |
Oleh. Ustadz Dr.M Arifin Badri,LC,MA
Banyak dari ummat islam yang bertanya tanya: kapankah kita berpuasa Sunnah Arafah? Apakah mengikuti penanggalan dalam negri yang secara resmi telah ditetapkan bahwa hari Idul Adhha jatuh pada hari/tanggal : Ahad 5 oktober sehingga puasa sunnah Arafah dilakukan pada hari/tanggal Sabtu 4 oktober, ataukah mengikuti penanggalan di Saudi Arabaia yang secara resmi menetapkan bahwa Idul Adhha jatuh pada hari sabtu 4 Oktober, dengan demikian berpuasa pada hari Jum'at 3 Oktober?
Masalah ini sejak dahulu kala telah menjadi polemik dan persilangan pendapat antara ulama', karena itu LAPANG DADA alias LEGOWO dengan perbedaan adalah pripsip pertama yang harus anda tegakkan.
Mungkinkah anda dapat menyamakan persepsi semua ummat Islam, kalau ternyata persilangan pendapat itu telah ada sejak dahulu kala?
Dan bila anda telah berhasil menata perasaan anda, maka selanjutnya sadarilah bahwa ternyata para ulama' yang bersilang pendapat dalam masalah ini sepakat bahwa persatuan dan kesatuan ummat Islam lebih penting untuk dijaga dan diperjuangkan keutuhannya.
Karena itu, walaupun mereka bersilang pendapat dar sudut tinjauan keilmuan, namun dari sudut sosial dan kemasyarakatan, mereka BERLAPANG DADA dan menerima kenyataan bahwa mereka sendiri tidak atau belum mampu menyatukan persepsi dan keputusan dalam masalah ini. Dan sebagai solusinya; semua sepakat untuk mengedepankan kemaslahatan keutuhan persatuan umat dibanding masalah ini, sehingga mereka menyuarakan agar kita mengikuti keputusan yang telah ditetapkan oleh pemerintah masing-masing.
Diantara alasan/dalil yang melandasai sikap LEGOWO alias BESAR JIWA para ulama' di atas ialah beberapa dalil berikut:
الصوم يوم تصومون ، و الفطر يوم تفطرون ، و الأضحى يوم تضحون
Hari puasa (ramadhan) ialah hari dimana seluruh kalian menjalankan puasa dan hari berbuka (iedul fitri) adalah hari yang padanya kalian semua berhenti puasa dan hari iedul adhha ialah hari yang padanya kalian semua menyembelih kurban. (HR. At Tirmizy)
Dengan jelas pada hadits ini Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengisyaratkan pentingnya arti kebersamaan dan persatuan pada pelaksanaan puasa, perayaan iedul fitri dan iedul adhha.
Dan pada hadits lain Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
( إذا دخل العشر وعنده أضحية يريد أن يضحي فلا يأخذن شعرا ولا يقلمن ظفرا )
Bila hilal /bulan sabit yang menandai dimulainya bulan Zul Hijjah, sedangkan engkau hendak menyembelih kurban, maka jangan sekali kali engkau memendekkan rambutnya dan jangan pula memotong kukunya. (HR. Muslim)
Nampak dengan jelas pada hadits ini bahwa iedul adhha dikaitkan dengan terbitnya hilal, sedangkan waktu terbitnya hilal di setiap negri berbeda dengan negri lainnya. Dengan demikian, perayaan iedul adha dikaitkan dengan waktu dan bukan dengan aktifitas jamaah haji di Makkah atau Arafah atau Mina.
Bila demikian adanya, maka dapat disimpulkan bahwa puasa Arafah juga dikaitkan dengan waktu dan bukan dengan aktifitas jamaah Haji di Makkah atau Mina atau Arafah.
Semoga penjelasan singkat ini dapat dipahami sebagaimana mestinya dan dapat melebarkan dada anda sehingga bisa LEGOWO menerima fakta perbedaan ummat Islam dan negara negara Islam dalam penentuan hari raya dan juga hari Arafah.