JELAJAHPOS.COM — Di balik ketenaran Dimas Kanjeng Taat Prabu–pria yang videonya di “You Tube” bisa menggandakan uang—ia disebut-sebut dekat beberapa tokoh berpengaruh di negeri ini. Salah satunya, tokoh senior Partai Golkar asal Sulsel, Marwah Daud Ibrahim.
Disinyalir kedekatan Marwah itulah sehingga banyak warga Sulsel terpikat menjadi pengikut/santri Dimas Kanjeng. Apalagi kediaman Marwah Daud di Kota Makassar sebagai selah satu cabang dari Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Namanya, Yayasan Bontobilla.
Marwah Daud Ibrahim ketika dihubungi FAJAR, Jumat, 10 Oktober, tak menampik kedekatannya dengan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Ia juga akui sering mengikuti kegiatan di Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo, Jawa Timur. “Setiap saya ke sana (Probolinggo, red), ada ribuan santri,” ujarnya saat dihubungi dari Kota Makassar, kemarin.
Marwah menegaskan bahwa baik Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo, maupun Yayasan Bontobilla di Makassar, semuanya resmi. “Semua kelengkapan perizinan ada kok,” katanya.
Sesuai data FAJAR, Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng secara resmi berdiri 10 Mei 2012. Sedangkan Yayasan Bontobilla beroperasi per 01 April 2013 dengan akta yang dibuat oleh Notaris Kanna SH. Sekretariat Yayasan Bontobilla adalah kediaman Marwah Daud di Jl Bontobila Makassar.
“Iya memang di yayasan anak-anak rutin pengajian setiap malam Jumat. Kegiatannya biasa,” ucapnya lagi.
Lantas bagaimana dengan mahar yang disetor santri? Mantan legislator Senayan ini tak menampik adanya mahar sebagai syarat menjadi santri. Namun, kata dia, jika ada santri ingin mengambil uangnya, tidak masalah. “Itu tidak dipersulit, kapan saja mau diambil, asalkan ada bukti,” ucapnya.
Soal bukti, sambung Marwah lagi, memang tidak harus berupa kwitansi. “Cukup yang bersangkutan membuktikan di yayasan mana diserahkan uangnya, berapa totalnya dan siapa menerima serta saksinya. Memang ada beberapa kelompok di Sulsel selain di rumah,” ucapnya.
Wanita kelahiran Soppeng ini mengakui bahwa hal seperti ini sudah pernah terjadi di Makassar. “Pernah ada meminta uangnya karena butuh biaya sekolah anaknya. Kita kembalikan. Tidak ada masalah,” ucapnya.
Soal kedekatannya dengan Kanjeng, Marwah membeberkan bahwa terlepas dari yang gaib-gaib, ia sepaham soal pemahaman keagamaan. Terutama ketaatan dalam beribadah. “Pemahaman saya soal agama sangat cocok. Misalnya ketaatan beribadah,” ucapnya.
Karena itupulalah Marwah mengaku, mendapat kehormatan sebagai pembina di yayasan Kanjeng. Selain santrinya banyak, jaringannya juga luas, se-Indonesia.
Terlepas dari itu, dari berbagai sumber mengingatkan warga tetap mewaspadai aksi dengan modus penggandaan uang. Peringatan tersebut juga telah disampaikan Ketua MUI Sulsel, AGH Sanusi Baco LC. Sang kiai kharimatik ini mengingatkan agar masyarakat tidak percaya dengan orang yang mengku bisa menggandakan uang. “Itu musyirik dan kun fa yakun itu hanya milik Allah,” ujar Sanusi Baco kepada FAJAR, Kamis lalu.
Menyikapi fenomena Kanjeng, Kapolrestabes Makassar, Kombes Polisi Fery Abraham mengatakan, pihaknya tetap melakukan penyelidikan. Selain itu, ia berharap masyarakat tidak banyak yang dirugikan atau terobsesi dengan praktik-praktik penggandaan uang.
“Yang merasa dirugikan mestinya segera melapor ke polisi,” harapnya. (tim)
Sumber:FAJARONLINE