GfdlTpWoGUW5TUr7GfM9GfdlGA==

Garansi Dari Nama Besar Trah Prabowo Subianto Sungguh Meyakinkan Akan Patuh dan Taat Pada Amanah Rakyat


JELAJAHPOS.COM | Membangun dinasty kekuasaan di jaman modern sekarang ini, semakin gampang seperti mau membangun rumah. Cukup membeli sejumlah partai yang sudah banyak dijual di toko material. Soal Amdal pun, bisa lebih gampang menyusul kemudian seperti IKN (Ibu Kota Nusantara) dengan membayar sejumlah instansi yang berfungsi sebagai penggergaji segala bentuk rintangan, sampai para kritisi lelah mengumpat lewat media massa online maupun media mainstream yang sudah semakin loyo karena dihimpit bisnis dan perkembangan teknologi digital yang maunya serba cepat dan instan seperti mie tanpa kuah. 


Kerajaan baru pun dalam bentuk dan jenis kelamin yang lain pun bermunculan lewat imbalan konsesi  semasa kampanye yang sudah digelontorkan tidak alang kepalang nilainya. Maka itu konsesi pun dapat semakin diperpanjang hingga 190 tahun atau sepuluh generasi yang  melampaui secara umum masa kekuasaan raja-raja di Nusantara dahulu. Maka itu ada sedikit rasa penyesalan, mengapa leluhur dahulu mau pasrah bongko'an kepada republik yang cuma mampu janji belaka tanpa pernah dapat mewujudkan kesepakatan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengatasi masalah rakyat miskin hingga nyaris seabad kemerdekaan diproklamasikan.


Sementara Indonesia Emas pada tahun 2045 sudah terus diipuk-ipuk seperti sedang berupaya  menenteramkan hati, agar semua rakyat bisa tertidur lelap, meski dengan perut yang kosong.


Atas dasar itulah, harapan besar telah digantung setinggi langit pada Presiden terpilih, Prabowo Subianto untuk mereparasi seluruh bagian yang telah bobrok dan keropos di negeri ini. Mulai dari kaum petani, nelayan dan buruh sangat diharap mampu dijadikan pondasi bangunan ketahanan dan pertahanan pangan yang nyata bagi bangsa dan negara Indonesia.


Biarlah kelak akan kita saksikan ambisi membangun dinasti kekuasaan yang akan runtuh sendiri dengan cara yang akan sangat menyakitkan itu sebagai azab dari kerakusan yang tidak perlu diteladani. Toh, sejarah selalu mencatat, kerakusan dan kepongahan yang berlebihan itu akan luruh dan tumbang dengan sendirinya, akibat bumi dan langit pun ikut memberikan kutukan.


Sebagai putra terbaik bangsa, Prabowo Subianto terpilih menjadi Presiden Indonesia ke-9 yang pantas memperindah sejarah perjalan bangsa dan negara seperti yang telah dilakukan leluhurnya, Raden Mas Margono Djojohadikoesoemo (Kakek), Soemitro Djojohadikoesoemo,l (sang Ayah) serta Letnan Soebianto dan Taruna Soejono ,(sang Paman), keduanya gugur di Medan laga dalam pertempuran yang heroik, di Lengkong, yang di komando Mayor Daan Mogot, pada 25 Januari 1946.


Heroisme nama sang Paman itu melekat dalam dalam jiwa dan raga kemiliteran yang dia tekuni sejak tamat dari Akademi Militer pada tahun 1970 hingga terus meniti karier dan bertugas di Pasukan Khusus (Kopassus) hingga menjabat Pangkostrad (Panglima Komando Strategis Angkatan Darat) tahun 1998.


Dalam bidang ekonomi, tampaknya Prabowo Subianto tidak hanya mewarisi kepakaran sang ayah, Soemitro Djojohadikoesoemo yang terkenal sebagai begawan ekonomi Indonesia yang telah melahirkan seabrek pakar ekonomi di Indonesia. Tetapi juga sang kakek, Raden Mas Margono Djojohadikusumo tercatat dalam sejarah sebagai pendiri Bank Negara Indonesia pada tahun 1946.


Kecuali trah keluarga Prabowo Subianto yang sangat mulia dan terhormat itu, ia pun cukup dominan mendapat dimensi pemahaman sosialis dari lingkungan keluarga besarnya  yang tidak diragukan kepeduliannya pada rakyat kecil yang papa untuk mendapat perhatian dan diberdayakan agar dapat menjadi asset nasional guna mengelola sumber alam dan hasil bumi yang subur di negeri ini.


Hasyim Soejono Djojohadikusumo sang adiknya, adalah  pengusaha sukses, pemilik Arsari Group, dan aktif berkiprah di politik  sebagai Wakil Ketua Pembina Partai Gerindra. Tentu sebagai pengusaha yang terbilang kaya, tak lagi perlu kemaruk seperti kebanyakan orang yang tidak bisa membatasi diri akibat beban masa silam yang kelam. Hasyim Soejono Djojohadikoesoemo  juga seorang filantropis yang penuh semangat serta komitmen terhadap NKRI seperti gigih telah dia buktikan untuk menjaga dan melestarikan budaya tradisi bangsa lewat pendidikan dan pelestarian lingkungan hidup hingga satwa langka.


Agaknya, nama besar keluarga ini dapat menjadi garansi sosok Presiden Prabowo Subianto yang akan serius dan tawadhu menjalankan amanah rakyat, minimal seperti yang telah diperjanjikan bersama segenap warga bangsa Indonesia melalui Mukadimah UUD 1945 dan Pancasila.


Topik penting ini, menjadi pembahasan serius bersama Wowok Pranowo,  Joyo Yudhantono seorang aktivis pergerakan serta Sri Eko Sriyanto Galgendu, Pemimpin Spiritual Nusantara hingga sangat yakin kelak semua itu akan dilakukan oleh Prabowo Subianto sebagai Presiden Indonesia ke-9 yang berbuat banyak menata Indonesia pada periode 2024-2029. Ibarat kata, kata kawan Bang Jali Pitung yang juga kawan penulis dari Marunda itu, rakyat bisa lebih santai dan nyaman dipimpin Prabowo Subianto. Seakan seperti baik sepeda yang santai, bisa lepas tangan. Artinya, kalangan aktivis dan kritikus boleh sedikit lega, sebab yang dipertaruhkan Prabowo Subianto justru adalah trah. Jadi sangat jauh dari kontaminasi ambisi membangun dinasty.


Acara Diskusi singkat  yang intens di Sekretariat GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) ini pun sungguh memberi semacam angin segar. Setidaknya bagi GMRI untuk melaksanakan  pertemuan besar persahabatan dan persaudaraan antar umat beragama sedunia dari berbagai bangsa dalam waktu dekat di Indonesia.



Jakarta, 13 Agustus 2024

Type above and press Enter to search.