JELAJAHPOS.COM | Soppeng, Sulawesi Selatan - Isu mengenai pengelolaan kawasan wisata alam Lejja kembali mencuat di media sosial. Kali ini, komentar-komentar tajam dari warganet viral, mengkritisi sejumlah aspek fasilitas dan pelayanan di TWA Lejja.
Muhammad Jufri, Direktur Utama PT Lamataesso Mattappaa, menanggapi hal tersebut dengan mengucapkan terima kasih dan mengajak semua pihak untuk menjaga marwah bersama.
"Terima kasih banyak atas informasi dan masukannya. Akan kami jadikan sebagai bahan perbaikan ke depan," ungkap Jufri.
Jufri mengakui bahwa tidak ada sistem yang steril dari kritik dan mengajak semua pihak untuk menjaga komunikasi tetap konstruktif.
“Lejja adalah wajah kita. Marwah kita. Jangan robek baju di dada, atau menepuk air di dulang. Kritik boleh, tapi jangan destruktif," ungkapnya, mengutip peribahasa Bugis yang sarat makna politis.
Jufri juga membuka jalur komunikasi langsung bagi masyarakat yang ingin menyampaikan saran atau kritik secara etis melalui WhatsApp ke +62 811-402-143.
"Kami siap mendengar," ujar Jufri yang juga menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan yang mungkin terjadi di lapangan. "Kami sadar, sistem pengelolaan masih terus berproses. Mohon maaf atas khilaf kami. Doakan agar Lejja tetap lestari dan jadi kebanggaan kita bersama."
TWA Lejja merupakan kawasan konservasi yang dikelola di bawah skema public-private partnership antara pemerintah dan PT Lamataesso Mattappaa.
Dengan meningkatnya perhatian publik, narasi ekowisata kini tak bisa lepas dari tekanan sosial digital. Dalam istilah politik, ini disebut sebagai bentuk e-citizenship pressure kekuatan masyarakat sipil yang menekan melalui kanal virtual.